Namek Tinus Blog

Selasa, 16 Mei 2023

Kuliah Di Saint Petersburge (Rusia), Mimpi Yang Jadi Kenyataan.

Perjalanan Panjang Menuju Mimpi yang Terwujud. Kuliah di Luar Negeri menjadi salah satu impian anak-anak Indoensia pada umumnya, tidak ketinggalan juga bagi anak-anak Papua yang berada di seluruh Tanah Papua. Setiap anak-anak ataupun orang tua pasti punya keinginan bahwa suatu saat salah satu dari keluarga mereka ataupun mereka sendiri dapat menginjakan kakinya di luar negeri. Dan untuk tujaun pendidikan adalah impian setiap orang. Namun dari sekian banyak perjuangan anak-anak muda Papua pada khusunya, ada berbagai aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan mereka dalam mengamapi cita-cita dan mimpi mereka untuk mendapatkan pengalaman di luar negeri. Tantangan yang paling banyak di hadapi adalah penguasaan bahasa. Bahasa merupakan suatu kewajiban dalam menempuh pendidikan di LN, karena itu penting sekali untuk menguasai bahasa dimana tujuan kita akan menempuh study. Misalanya jika kita ingin ke negera-negara Asia, Eropa, Amerika dan Australia maka kita wajib menggunakan bahasa Inggris. Jika kita kita mau mengambil Rusia sebagai negara untuk menempuh pendidikan makan bahasa Rusia adalah wajib kita kuasai, begitupula dengan Jepang dan Cina, kita harus kuasasi bahasa mereka di samping bahasa Ingris yang adalah bahasa pengantar di seluruh dunia. Pengalaman yang saya hadapi cukup panjang dari cerita dan tantangan yang saya hadapi. Saya punya keinginan setelah kuliah dari S1 di Manokwari, mau melanjutkan ke luar negeri. Tujaunnya adalah Australia ataupun ke New Zealand. Saya sangat menyukai negara ini karena selain sebagian kotanya memiliki iklim yang sama dengan Papua, beberapa tempat di New Zealand juga menjadi lokasi syuting film ternama, sebuth saja Harry Poter. Selain itu jurusan yang saya tekuni yakni Kehutanan dapat memberikan saya pengalaman yang tidak jauh berbeda dengan alam di Papua, hanya saja pasti ilmu yang di pelajari akan sedikit berbeda.
Insert: Bersama teman-teman di Kota Saint Petersburg, Rusia. Oke.... itu seputar pegalaman dan mimpi saya, Cerita berlanjut. Ketika pada tahun 2010 saya selesai pendidikan di Manokwari, Puji Tuhan saya langsung mendapatkan penawaran kerja di salah satu Lembaga Swasta yang kemudian memberikan banyak ilmu dan pengalaman kerja kepada saya, 2010-20217 adalah pengalaman kerja yang sangat penting ketika itu di LSM WWF-Indoensia Site Regional Papua. Kemudian pindah ke LSM Perkumpulan Silva Papua Lestari (PSPL) dan Saat ini menjadi bagian dari pengurus Perkumpulan Harmoni Alam Papuana (PHAP) yang kami bentuk bersama dengan beberapa teman-teman sebelum terjadi Bencana wabah Covid-19 pada tahun 2020. Perjalanan saya dalam mendapatkan kesempatan kuliah ke luar negeri tidak semudah yang dibayangkan, pernah saya tahun 2015-2019 secara berturut melakukan tes bahsa Inggris pada program Austalian Awards yakni Program English Language Training Assistance (ELTA). Sebanyak 5 kali dalam kurun waktu tersebut saya harus ke Jayapura untuk tes tertulis bahasa inggris setelah dinyatakan lulus administrasi dan sebayak 5 kali itu pula saya harus gagal, karena penguasaan bahasa saat itu tidak memenuhi syarat untuk masuk pada tahap berikutnya. Akhirnya pada tahun 2020, ada program kerja sama dari Pemda Merauke dengan Lembaga Pengelola Beasiswa yang di kelolah oleh anak Papua yang juga adalah lulusan luar negeri dan seorang pilot yakni Bpk. Samuel Tabuni. Saya pun mendapatkan kesempatan dalam 50an anak asli Marind yang direkrut untuk melanjtukan study ke luar negeri atas kerja sama tersebut. Perjuangan kami pun tidak semudah yang kami bayangkan. Yah.... ketika kita mengambil sebuah pilihan sudah pasti akan ada banyk hal yang di korbankan. Begitupula dengan keputusan yang saya ambil karena ini menjadi mimpi saya yang sudah lama, maka kesempatan ini tidak saya sia siakan. Tujuan saya masih sama yakni ke Australia ataupun New Zealand. Kami mendpatkan pendidikan bahasa dan karakter di Lembaga Papua Language Institute (PLI) selama satu tahun pada tahun ajaran 2021-2022. Sudah pasti banyak hal yang didapat, pengalaman, relasi, persoalan keluarga yang tidak dapat saya lupakan yaitu adik yang bungsu harus meninggal dunia ketika saya harus berada pada persiapan untuk mengambil kelas IELTS (The International English Language Testing System) yang di selenggarakan oleh PLI. Pejuangan kami pun tidak berhenti sampe disitu, ketika kami harus kembali ke Merauke dan menunggu hingga 6 bulan. Tepatnya pada bulan Maret 2023, kami pun akhirnya ke Jakarta dan selama hampir satu bulan sambil menunggu beberapa kelengkapan dokumen dan akhirnya kamipun pada bulan April 2023 berangkat menuju Moskow melalui Jakarta-Doha (Qatar). perjalanan yang cukup lama, menempuh waktu 18 jam hingga ke Moskow dan selanjutnya 10 jam dari Moskow menuju ke Kota Saint Petersburg, dimana tempat kami selanjanutnya menempuh pendidikan bahasa sesuai dengan kontrak belajar kami.
Insert: Aktivitas belajar di Kampus di Kota Saint Petersburg. Minggu pertama menjadi minggu yang cukup berat, karena kami harus beradapatasi dengan segala hal. Saat itu salju masih ada dan itu minggu terakhir ketika akan masuk musim semi. Kampipun harus beradaptasi dengan Bahasa yang berbeda dengan bahasa Inggris, Kehidupan sosial yang jauh berbeda dengan Indoensia, makanan yang pasti tidak sesuai dan juga kedispilanan hidup orang Rusia dengan aktivitas yang padat. Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belajar Hal Baru di Kota Saint Peterburg, Rusia.

Sankt-Peterburg (Dalam Bahasa Rusia: Санкт-Петербу́рг) adalah kota di Rusia. Kota ini dulunya bernama Petrograd dari tahun 1914-1924, dan L...