Namek Tinus Blog

Rabu, 30 Maret 2022

Pengalaman Berburu Beasiswa Luar Negeri (Part 1)

Belajar bahasa Inggris mungkin bukan menjadi salah satu mata pelajaran yang menarik bagi saya sejak SD, SMP dan SMA. Walapun itu pernah saya coba sekali dua kali. Namun itu membuat saya tidak tertarik belajar Bahasa Inggris. Berbeda ketika tamat SMA dari Jurusan IPA pada tahun 2005. Saya memilih dua Universitas terbaik di Tanah Papua, dengan pilihan pertama adalah Universitas Cenderasih (UNCEN) dan pilihan kedua adalah Universitas Negeri Papua (UNIPA). Jurusan yang saya pilih di UNCEN adalah Sastra dan Bahasa Inggris untuk pilihan pertama dan yang kedua adalah Jurusan Biologi, sementara di UNIPA, pilihan pertama adalah Sastra dan Bahasa Inggris dan kedua adalah Kehutanan. Namun Tuhan memberikan pilihan saya tertuju pada Bidang Kehutanan. Manokwari menjadi tujuan saya untuk menempuh pendidikan sarjana, dan selesai pada 2010. Setelah itu mendapatkan pekerjaan di beberapa NGO Nasional dan Lokal, Itu pengalaman yang berharga buat saya. Namun dalam tulisan ini, yang ingin saya bagikan adalah pengalaman saya mengejar beasiswa luar negeri dengan pengalaman Bahasa Inggris yang pas pasan. Saya memulai minat saya dalam mengejar beasiswa pada saat saya bekerja pada salatah satu NGO di Asmat. Minat ini bertubuh sejak melihat dan merasakan pengaalaman hidup bersama masyarakat Asli Papua dimana tempat saya bekerja. Sejak saat itu, pada tahun 2016, saya mulau memulai minat saya untuk mencari lamaran beasiswa S2. Perjuangan saya dimulai pada peluang beasiswa AAS (Australian Awards Scholarship) dengan program mereka yakni ELTA (Program English Language Training Assistance) , atau program Bantuan Pelatihan Bahasa Inggris) dirancang untuk menunjang para pendaftar Beasiswa Australia Awards jenjang S2 (Master) yang memenuhi kriteria beasiswa namun memiliki tingkat kemahiran bahasa Inggris di bawah persyaratan minimal IELTS 5,0 untuk pendaftaran Australia Awards Scholarships wilayah Timur.
Foto Aktivitas Bersama di Kelas Bersama Wiliam (Jerman) di Kelas Mandiri Kaka Elda Amabay Awalnya saya mencoba mendaftar lewat link yang di berikan oleh teman-teman. Dan ternyata tahap pertama lulus, dan selanjutnya akan masuk pada tahap kedua yakni tes tertulis di Jayapura yang dilaksanakan di bulan November. Dan saya pun berangkat ke Jayapura, dengan menggunakan kapal laut ke TImika dan pesawat selanjutnya ke Jayapura. Kwalitas bahasa Inggris saya saat itu belum terlalu bagus, walaupun sering berkomunikasi dengan Orang bule. Namun saya hanya bermodal nekat dan niat, saya pun berangkat. Tiba waktunya kami melakukan test. Tahap kedua, tes yang di lakukan adalah menjawab pertanyaan pilihan Ganda dan Menulis Essay. Tahap ketiga adalah wawancara. Saya pada kesempatan ini belum mendapatkan kesempatan untuk masuk dalam tahap ke tiga. Gagal. Saya, tidak menyerah. Sejak test itu dilakukan pada tahun 2016, niat saya semakin tinggi untuk pergi sekolah ke luar negeri. Akhirnya pada tahun-tahun berikutnya saya mencoba terus, yakni 2017, 2018 dan 2019. Gagal, Gagal dan Gagal. Namun kegagalan itu membuat saya tidak putus asa, tetap semngat dan maju terus. Sambil membentuk kelas belajar di Salah satu kampung di Merauke. Saya pun mencoba beberapa beasiswa. Tahun 2021, dimana saat itu sudah tidak bekerja lagi, saya mendapatkan berkat Tuhan yang sangat saya dampakan, yakni berkesemapatan belajar Bahasa Inggris bersama Papua Language Institute (PLI) di Jayapura. Pada program ini, sangat membantu saya dalam mempersiapkan diri untuk melanjutkan studi magister di luar negeri. Pilihannya adalah New Zealand pada awalnya. Negara ini menarik karena bagi saya itu menjadi negara yang sangat indah dan memiliki tingkat pendidikan yang berkwalitas. (Bersambung)

Belajar Hal Baru di Kota Saint Peterburg, Rusia.

Sankt-Peterburg (Dalam Bahasa Rusia: Санкт-Петербу́рг) adalah kota di Rusia. Kota ini dulunya bernama Petrograd dari tahun 1914-1924, dan L...